Cari Blog Ini

Selasa, 13 Juli 2010

Parvez Ahmed, Abdul Rasheed Dan Amerika

Pada 4 Juli kemarin, Parvez Ahmed—seorang profesor Universitas North Florida—menjadi salah satu pembicara pada Konvensi Tahunan 47 Masyarakat Islam Amerika Utara, pertemuan terbesar Muslim di Amerika Utara. Ketika makan siang, ia duduk satu meja dengan Letnan Kolonel Abdul-Rasheed Muhammad, seorang Muslim dalam militer AS.

Abdul-Rasheed, yang bisa dikatakan sebagai konselor tentara Muslim di angkatan bersenjata AS, tampak sedih ketika Parvez Ahmad mengucapkan terima kasih atas pengabdiannya kepada negara. Saat ini diperkirakan ada 15.000 tentara Muslim yang tergabung dalam angkatan bersenjata AS.

Abdul-Rasheed kemudian mengatakan, "Jika Amerika layak dihuni oleh Muslim, dan memberikan banyak manfaat, maka umat Islam memiliki kewajiban untuk mengabdi dalam pertahanan, melawan mereka yang memilih untuk tidak membahayakan warga negaranya, kekayaan, atau nilai-nilai."

The American Family Association, sebuah kelompok Kristen konservatif, telah menerbitkan sebuah artikel di situs mereka berisi seruan bahwa umat Islam harus dilarang dari dinas militer. Ulama Muslim, Anwar al Awlaki, yang dikaitkan dengan Mayor Nidal Hasan dalam tragedi Fort Hood, mengatakan bahwa tidak ada alasan sedikitpun untuk seorang Muslim tergabung dalam militer AS.

Pada tahun 2001, ketika AS bersiap-siap untuk menyerbu Afghanistan, Taha Jabir Alwani, presiden dari sebuah lembaga yang melatih seorang Muslim dalam militer, mengeluarkan fatwa (keputusan agama) yang memungkinkan umat Islam untuk berjuang untuk Amerika Serikat di Afghanistan. Fatwa itu juga memberikan Muslim pilihan untuk menolak dasar hati nurani keagamaan mereka. Dengan mengumpulkan bahaya radikalisasi menimpa masyarakat Muslim Amerika, hal ini jelas bisa mendorong, bukan hanya memungkinkan,umat Islam untuk mengabdi dalam dinas tentara AS.

Menurut Parvez Ahmad, kehadiran tentara Muslim Amerika dapat bermanfaat di berbagai bidang. Selain tepat mencerminkan keanekaragaman nasional AS, kehadiran tentara Muslim Amerika dapat mengurangi insiden kasar seperti yang terjadi di Abu Ghraib. Pada saat misi Amerika di Afghanistan dan Irak bukan hanya untuk memenangkan sebuah konflik tetapi juga untuk memenangkan hati dan pikiran, Amerika Muslim di militer Amerika bisa menjadi jembatan yang berharga antara militer AS dan dunia Muslim.

Mungkin, yang luput dari pengamatan profesor Parvez Ahmad, adalah bagaimana perasaan seorang tentara Muslim ketika mengokang senjata api untuk membunuh saudara Muslimnya di Afghanistan dan Iraq tanpa alasan yang sama sekali jelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar